Kepala BMKG Blak-Blakan Ungkap Potensi Gempa Megathrust

0
16

Surat Kabar Nasional.com Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) meminta masyarakat Indonesia untuk tidak perlu terkejut, panik, dan salah paham atas munculnya peringatan terkait potensi Gempa Megathrust di Tanah Air yang muncul belakangan ini.

Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati menegaskan bahwa peringatan potensi Gempa Megathrust yang kembali diungkapkan beberapa waktu belakangan ini bukanlah hal baru di Indonesia. Sebab, BMKG sebenarnya telah sempat menyatakan hal tersebut pada 2018 lalu dan sempat memicu kehebohan serupa.

Pada 2018 lalu, Dwikorita masih memaklumi masyarakat yang panik akibat peringatan potensi Gempa Megathrust. Namun, kali ini ia meminta masyarakat untuk tidak merasakan hal serupa karena soal Gempa Megathrust yang disampaikan tidak ada bedanya dengan 2018 lalu.

“Kalau saat itu kami masih memahami, kan, akhirnya bisa dijelaskan, ya. Kami tahu bahwa ini awalnya menakutkan. Namun karena diulang-ulang setiap tahun, seharusnya sudah tidak takut,” kata Dwikorita di Jakarta, Senin (19/8/2024).

Dwikorita menjelaskan, tujuan utama BMKG kembali mengingatkan potensi Gempa Megathrust adalah untuk mempersiapkan masyarakat Indonesia, bukan justru menakut-nakuti. Terlebih, Indonesia tergolong rawan mengalami bencana gempa.

“Tujuannya apa, sih, di balik itu? Tujuannya bukan untuk menakut-nakuti, tapi untuk membuat kita siap,” tegas Dwikorita.

“Jadi, pemerintah di daerah yang rawan gempa dan tsunami itu agar lebih giat menyiapkan persiapan mitigasinya, antara lain edukasi kepada publik. [….] Jadi tujuannya bukan bikin panik dan galau,” sambungnya.

Lebih lanjut soal peringatan potensi, Dwikorita meminta masyarakat untuk tetap tenang dan menghentikan diskusi yang terlalu rumit soal Gempa Megathrust di media sosial. Ia mengatakan, prioritas saat ini adalah mempersiapkan diri dan mengenal mitigasi.

“Jadi arahnya ke sana, bukan arahnya panik, diskusi, diskusi, dan diskusi terus. Ya, diskusinya saya kira sudah cukup,” tegas Dwikorita.

“Kalau diskusi yang rumit, serahkan para pakar. Masyarakat nanti tinggal mendengarkan pakar saja yang rumit-rumit. Tugas kita adalah berlatih, siap belajar dari Jepang yang serupa nasibnya dengan kita,” sambungnya.

Dwikorita menegaskan bahwa Gempa Megathrust yang disampaikan oleh BMKG dengan kalimat “Tinggal menunggu waktu” bukanlah peringatan dini. Sebab, gempa bukanlah bencana yang dapat diprediksi sejak sebelum peristiwa, seperti cuaca ekstrem atau tsunami.

Ia menjelaskan, cuaca ekstrem dapat diprediksi berdasarkan observasi melalui satelit terhadap awan-awan, sementara tsunami berdasarkan besaran dan titik pusat gempa.

“Oh, bukan (peringatan dini). Kalau peringatan dini itu begini, loh, ‘awas, hati-hati dalam waktu sekian jam akan terjadi […]’, gitu,” tegas Dwikorita.

“Gempa itu kita enggak bisa [prediksi]. Jadi ini bukan peringatan dini memang, tapi untuk kesiapsiagaan, bersiap,” sambungnya.

Sebelumnya, BMKG mengungkapkan bahwa Indonesia “Tinggal menunggu waktu” untuk menghadapi gempa dahsyat dan tsunami akibat dua megathrust yang sudah lama tak melepaskan energi besarnya. Hal ini diungkapkan usai gempa besar dengan Magnitudo 7,1 yang memicu tsunami di Jepang akibat Megathrust Naikai, Jumat (8/8/2024) lalu.

Sebagai informasi, Megathrust Nankai adalah salah satu zona ‘seismic gap’ atau zona sumber gempa potensial, tetapi belum terjadi gempa besar dalam masa puluhan hingga ratusan tahun terakhir. Saat ini, zona tersebut diduga sedang mengalami proses akumulasi medan tegangan atau stress kerak bumi.

Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Daryono mengungkapkan bahwa kekhawatiran ilmuwan Jepang terhadap Megathrust Nankai saat ini serupa dengan yang dirasakan dan dialami oleh ilmuwan Indonesia, khususnya terhadap Seismic Gap Megathrust Selat Sunda (M8,7) dan Megathrust Mentawai-Suberut (M8,9).

“Sistem Megathrust Nankai memang sangat aktif. Berdasarkan data sejarah gempa tersebut di atas dapat dikatakan bahwa zona sumber gempa ini dapat memicu gempa dahsyat yang bermagnitudo M8,0 hingga lebih di setiap satu atau dua abad,” kata Daryono.

Adapun, Megathrust merupakan daerah pertemuan antar-lempeng tektonik Bumi yang berpotensi memicu gempa kuat dan tsunami dahsyat. Zona ini diprediksi bisa pecah secara berulang dengan jeda hingga ratusan tahun.