INSTIKI dan UNDIKSHA: Dampingi Sistem Pertanian-Peternakan Berbasis Zero Waste di Desa Bonyoh Kintamani Bangli Dalam Program Kosabanga Tahun 2025

0
22

Desa Bonyoh merupakan salah satu desa Bali Aga yang berlokasi di kawasan Geopark Gunung Batur di kecamatan Kintamani Bangli, provinsi Bali, yang terkenal dengan agrowisata pertanian jeruk dan kopi. Selain pertanian, 370 KK warga masyarakat desa Bonyoh juga aktif dalam budi daya peternakan sapi dan ayam. Secara ekonomi, masyarakat banyak menggantungkan kehidupan dari hasil pertanian dan peternakan, walaupun pendapatan yang diperoleh belum memenuhi kelayakan, akibat sistem pertanian-peternakan yang masih tradisional, terutama dalam pengelolaan limbah tani-ternak menjadi pupuk cair-padat dalam mendukung pengembangan pertanian jeruk organik. Menurut Perbekel desa Bonyoh, I Wayan Denia (53 tahun) penggunaan limbah tani-ternak mentah yang belum difermentasi  untuk pupuk tanaman jeruk di desa Bonyoh mencapai 5 ton/bulan/hektar, sering dikeluhkan warga dan wisatawan, karena menimbulkan polusi udara dengan bau kotoran dan mendatangkan banyak lalat. Masyarakat desa Bonyoh membutuhkan teknologi inovasi untuk mensolusikan permasalahan limbah tani ternak menjadi komoditas pupuk organik yang ramah lingkungan dan bernilai ekonomi. Berdasarkah permasalahan ini, Institut Bisnis dan Teknologi Indonesia (Instiki) berkolaborasi dengan Universitas Pendidikan Ganesha (Undiksha) memberdayakan masyarakat desa Bonyoh dalam mengembangkan sistem pertanian dan peternakan berbasis zero waste melalui program Kosabangsa tahun 2025.

Kelompok Ternak “Tunas Makmur” yang diketuai oleh I Kadek Aryawan (48 tahun), yang bergerak dalam bidang ekonomi produktif peternakan ayam petelur menjadi mitra sasaran program kosabangsa 2025. Dalam sehari, dari kandang ternak ayam dihasilkan 1 kubik kotoran ayam, yang biasanya langsung dikirim ke perkebunan jeruk, tanpa diolah, sehingga menebarkan bau yang tidak sedap, tutur I Kadek Aryawan. Dalam program Kosabangsa ini. I Gede Adnyana (45 tahun) dari Instiki, sebagai ketua Tim Pelaksana, melatih dan mendampingi mitra untuk membangun unit biodigester untuk pengolahan kotoran ternak menjadi biogas dan biofertilizer. Kapasitas biodigester yang terinstal sebesar 5000 liter, yang dilengkapi dengan wadah pencampuran kotoran (slury-in), dan penampungan hasil olahan biodigester dalam bentuk biogas dan bifertilizer padat dan cair (slury-out). Biogas yang dihasilkan, terus dialirkan kepenampungan kantong biogas berukuran 2×2 m,  selanjutnya digunakan untuk memasak dan pemanas kandang ayam, ungkap I Kadek Aryawan, sedangkan biofertilizer cair pada padat digunakan untuk pupuk organik bagi tanaman jeruk, imbuhnya. Dampak yang diperoleh masyarakat mitra, selain meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam membangun instalasi biogester, tetapi juga dapat mengurangi beban biaya dalam pembelian pupuk, serta mengurangi polusi bau kotoran di wilayah desa. Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya  disampaikan kepada Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Tekonologi, Direktorat  Jendral Riset, dan Pengembangan, Diretur Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (DPPM) atas dukungan program dan  pendanaan dengan kontrak: 233/C3/DT.05.00/PM-KOSABANGSA/2025, dalam membantu masyarakat untuk mengembangkan budi daya pertanian-peternakan yang ramah lingkungan di desa Bonyoh-Kintamani Provinsi Bali.