Melalui Program Kosabangsa INSTIKI Dampingi Kelompok Tani Subak Dalam Merestorasi Pertanian Padi di Desa Jinengdalem

0
14

Desa Jinengdalem, salah satu desa tua di Kecamatan Buleleng-Bali, yang secara historis di era kerajaan Buleleng-Bali abad ke-16, desa Jinengdalem adalah lumbung padi bagi Masyarakat Bali Utara (Jineng=lumbung padi, dalem=kerajaan), dengan luas wilayah 246.07 ha yang terdiri dari 172 ha sawah, 41.51 ha lahan tegalan, dan 20.05 ha lahan pemukiman. Secara sosio ekonomi, desa Jinengdalem termasuk wilayah kantong kemiskinan ekstrem berdasarkan BPS dan kemendesa, serta ditetapkan sebagai wilayah prioritas Pembangunan dalam RPJMD Kab.Buleleng 2023-2026 sebagai upaya mendorong pertumbuhan ekonomi masyarakat di desa Jinengdalem, ungkap Perbekel Jinengdalem, Ketut Mas Budarma (47 tahun).  Salah satu kelompok pertanian padi di desa Jinengdalem adalah Kelompok Tani Subak Ketug-Ketug, menurut penuturan ketua kelompok Ketut Deker (45 tahun), permasalahan yang dihadapi dalam pertanian padi adalah: (1) Lahan kering di daerah hilir; (2) Pertanian tidak ramah lingkungan dan tinggi biaya produksi; (3) Kurangnya sentuhan ipteks dalam pengelolaan pertanian modern.

DRPM Institut Teknologi dan Bisnis Indonesia (INSTIKI) bersama Universitas Pendidikan Ganesha menginisiasi program KOSABANGSA yang berorientasi pada penguatan sektor pertanian padi. Ketua pelaksana KOSABANGSA  Dr. Anak Agung Gde Ekayana, S.Pd., M.Pd. (35 tahun) yang menahkodai program ini, untuk mendampingi melaksanakan beberapa program aksi memberdayakan kelompok tani Subak Ketug-Ketug untuk meningkatkan produktivitas pertanian padi sawah di desa Jinengdalem. Program aksi yang dilakukan mahasiswa adalah (1) Instalasi sumur bor; (2) Pengadaan 1 unit traktor; (3) Pengadaan 1 unit rice milling machine; (4) Instalasi listrik PLN 2200 VA. Ketut Deker merasakan manfaat dari kegiatan KOSABANGSA dalam meningkatkan efektivitas dan efisiensi proses dan hasil pertanian padi khas Jinengdalem.

Hadirnya teknologi sistem irigasi dalam pertanian sawah, dengan memanfaatkan air bawah tanah yang tertampung dalam reservoar air, telah mampu mengatasi persoalan sistem irigasi setengah teknis teknis pada kelompok Subak Ketug-ketug, sehingga petani bisa melakukan pola tanam padi 2-3 kali setahun, tutur Kepala Desa Jinengdalem, Ketut Mas Sudarma (51 tahun). Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya disampaikan kepada Direktorat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi dan atas program ini dan dukungan pendanaan dengan nomor kontrak 233/C3/DT.05.00/PM-KOSABANGSA/2025, dalam membantu masyarakat untuk merestorasi dan memodernisasi sistem pertanian padi di desa Jinengdalem.