Suratkabarnasional.com – Orang awam kerap salah kaprah soal tindakan orang Mesir Kuno mengawetkan jenazah menjadi mumi. Apa saja kesalah pahaman tersebut ?
Proses mengubah jenazah menjadi mayat disebut dengan mumifikasi. Praktek itu sejatinya dipraktekkan oleh banyak peradaban kuno. Tak hanya di Mesir, mumifikasi juga ditemukan di Amerika Selatan dan China. Proses mumifikasi sendiri terbagi menjadi dua yakni alamiah dan buatan.
Di Mesir Kuno, mumifikasi disalahartikan sebagai tindakan untuk mengawetkan jasad. Padahal, mereka melakukannya untuk tujuan lain.
- Mengawetkan Jenazah
Mumifikasi sering disangka sebagai tindakan untuk mengawetkan jenazah. Padahal, Menurut Campbell Price, Kurator Museum Mesir dan Sudan, orang Mesir Kuno melakukan mumifikasi adalah untuk membimbing mendiang menuju keilahian.
Kesalahpahaman itu, kata Price dibawa oleh para peneliti era Victoria. Menurutnya, para peneliti itu menyangka pengawetan mayat sama dengan mengawetkan ikan.
Hal itu lantaran penggunaan garam pada proses mumifikasi. “Idenya adalah Anda mengawetkan ikan untuk dimakan di masa mendatang. Jadi, mereka beranggapan bahwa apa yang dilakukan pada tubuh manusia sama dengan perlakuan terhadap ikan,” kata Price dikutip LiveScience.
Price mengatakan, yang dipakai oleh orang Mesir sebetulnya bukan garam melainkan natron. Natron dikenal sebagai mineral alami, yang merupakan campuran natrium karbonat, natrium klorida, dan natrium sulfat. Kandungan itu berlimpah di sekitar dasar danau dekat Sungai Nil dan berfungsi sebagai bahan utama dalam mumifikasi.
“Kita juga tahu bahwa natron digunakan dalam ritual kuil (dan diterapkan pada) patung dewa. Itu digunakan untuk pembersihan,” kata dia. Price mengatakan bahan lain yang biasa diasosiasikan dengan mumi adalah dupa (incense) yang juga berfungsi sebagai hadiah untuk para dewa.
- Butuh Tubuh di Akhirat
Kesalahpahaman berikutnya adalah tentang kepercayaan bahwa orang Mesir kuno yang meninggal butuh tubuh di akhirat. “Ada obsesi biomedis yang lahir dari ide di era Victoria tentang perlunya tubuh lengkap (sebagai bekal) di akhirat,” kata Price. Baginya, hal itu lebih terkait kepercayaan kuno tentang mengubah tubuh menjadi (patung) dewa. “Saya pikir itu sebenarnya memiliki arti yang lebih dalam, dan pada dasarnya tentang mengubah tubuh menjadi patung dewa karena orang mati telah diubah,” jelas Price.
- Soal Sarkofagus
Kesalahpahaman selanjutnya adalah soal sarkofagus atau peti mati yang menunjukkan rupa almarhum. “Dalam bahasa Inggris, topeng adalah sesuatu yang mengaburkan identitas Anda; potret mengungkapkan identitas,” kata Price. Sementara, kata Price, pahatan wajah pada sarkofagus, dikutip dari The Guardian, berarti “Objek, panel, dan topeng yang memberikan gambaran ideal pada bentuk ilahi.”