suratkabarnasional.com – Harga batu bara menguat, berada di atas level psikologis US$ 150 per ton. Penguatan harga si pasir hitam terjadi seiring harga gas Eropa yang menyentuh level tertinggi dalam hampir 8 bulan atau sejak 15 Februari 2023. Kenaikan harga komoditas energi ditopang sentimen Eropa yang akan memasuki musim dingin pada pekan depan, perang Israel-Hamas pemotongan jalur gas Israel ke Mesir, pecahnya pipa gas Balticonnector, dan ancaman pemogokan serikat pekerja LNG Australia.
Merujuk pada Refinitiv, harga batu bara ICE Newcastle kontrak November ditutup di posisi US$ 151,1 per ton atau naik 0,23% pada perdagangan Senin (16/10/2023). Kenaikan ini mengurangi turunnya harga batu bara menjadi 3,38% sepanjang Oktober.
Kenaikan harga batu bara akibat Impor batu bara Tiongkok pada September melesat dibanding tahun lalu (secara tahunan). Peningkatan impor disebabkan batu bara domestik China lebih mahal dibanding harga impor, karena peningkatan pasokan dunia menghadapi puncak musim dingin. Impor melonjak 27,5% dibandingkan setahun sebelumnya (year on year/yoy) menjadi 42,14 juta ton, mendekati rekor Agustus sebesar 44,3 juta ton, menurut data bea cukai yang dikutip dari Reuters pada Jumat (16/10).
Kenaikan harga batu bara domestik China disebabkan inspeksi keselamatan tambang yang menyebabkan pengetatan tingkat produksi untuk sementara waktu. Batubara Free-On-Board (FOB) Qinhuangdao CO-FOBQHG-CN, yang merupakan patokan domestik, dinilai pada harga US$151,68 per ton pada 9 Oktober. Sementara itu, harga spot batubara 6.000 kilokalori (kkal) dari pelabuhan Newcastle Australia dinilai sebesar US$143,22 per ton pada 9 Oktober.
Masih di Asia, India sebagai pengguna terbesar kedua, mencatatkan pasokan pasokan yang lebih baik di tengah peningkatan mendadak dalam permintaan listrik bahkan ketika hujan di luar musim melanda operasi tambang CIL di bagian timur negara tersebut. Coal India (CIL) milik negara pada tanggal 16 Oktober 2023 mengatakan pasokan bahan bakar fosil ke pembangkit listrik tenaga batu bara di negara tersebut meningkat sebesar 6% menjadi 23,5 juta ton pada paruh pertama Oktober, menjelang musim perayaan. Jumlah tersebut mencapai 22,2 juta ton pada waktu yang sama tahun lalu.
Beralih ke gas sebagai substitusi batu bara dan energi pilihan Eropa, sentimen pergerakan masih dipenuhi dengan ketegangan geopolitik dan cuaca dingin. Namun, tingkat penyimpanan yang sehat dan aliran gas alam cair (LNG) yang kuat meredakan kekhawatiran pasokan. Serikat pekerja di fasilitas LNG Chevron di Australia menegaskan kembali rencana mereka untuk melanjutkan pemogokan minggu ini ketika pembicaraan yang dimediasi berlanjut pada Senin.
Masih di Asia, India sebagai pengguna terbesar kedua, mencatatkan pasokan pasokan yang lebih baik di tengah peningkatan mendadak dalam permintaan listrik bahkan ketika hujan di luar musim melanda operasi tambang CIL di bagian timur negara tersebut. Coal India (CIL) milik negara pada tanggal 16 Oktober 2023 mengatakan pasokan bahan bakar fosil ke pembangkit listrik tenaga batu bara di negara tersebut meningkat sebesar 6% menjadi 23,5 juta ton pada paruh pertama Oktober, menjelang musim perayaan. Jumlah tersebut mencapai 22,2 juta ton pada waktu yang sama tahun lalu.
Beralih ke gas sebagai substitusi batu bara dan energi pilihan Eropa, sentimen pergerakan masih dipenuhi dengan ketegangan geopolitik dan cuaca dingin. Namun, tingkat penyimpanan yang sehat dan aliran gas alam cair (LNG) yang kuat meredakan kekhawatiran pasokan. Serikat pekerja di fasilitas LNG Chevron di Australia menegaskan kembali rencana mereka untuk melanjutkan pemogokan minggu ini ketika pembicaraan yang dimediasi berlanjut pada Senin.
Kekhawatiran pasokan meningkat ketika Israel menginstruksikan operator Chevron untuk menghentikan ekspor gas alam melalui pipa bawah laut utama antara Israel dan Mesir. Selain itu, kerusakan pada pipa gas Balticconnector juga menimbulkan kekhawatiran atas keamanan lokasi infrastruktur energi Eropa setelah Perdana Menteri Finlandia mengatakan hal itu bisa saja dilakukan dengan sengaja. Namun, harga gas terkoreksi akibat persediaan penyimpanan di Eropa berada pada tingkat rekor dan permintaan gas 15-20% di bawah tingkat sebelum perang di Ukraina, pasar gas Eropa masih tetap ketat hingga tahun 2024-25 hingga gelombang pasokan berikutnya memasuki pasar pada tahun 2025-26, menurut konsultan Timera Energy.