Harga Minyak Dunia Terjun Bebas, Ini Gara-garanya

0
15

Surat Kabar Nasional.com – Harga minyak turun sekitar 2% pada hari Senin (Selasa waktu Jakarta), tertekan oleh kerugian di saham teknologi dan energi Wall Street. Harga minyak anjlok karena investor berlindung setelah berita tentang melonjaknya minat terhadap model kecerdasan buatan berbiaya rendah dari perusahaan rintisan China, DeepSeek.

Harga minyak sudah turun di awal sesi karena data ekonomi yang lemah dari Tiongkok dan kekhawatiran bahwa tarif yang diusulkan Presiden AS Donald Trump dapat semakin menekan pertumbuhan ekonomi dan permintaan energi.

Selasa (28/1/2025), harga minyak Brent turun USD 1,42 atau 1,81%, dan ditutup pada harga USD 77,08 per barel. Sedangkan harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) turun USD 1,49 atau 2%, dan ditutup pada USD 73,17.

Para analis mengatakan harga minyak telah tertekan dalam beberapa hari terakhir menyusul seruan Presiden AS Donald Trump minggu lalu kepada Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) untuk menurunkan harga minyak.

“Presiden Trump terus memberikan tekanan pada OPEC … dengan meminta kelompok produsen itu untuk menurunkan harga guna membantu mengakhiri perang Rusia di Ukraina,” kata Bob Yawger, Direktur Energi Berjangka di Mizuho.

OPEC dan sekutunya termasuk Rusia dalam kelompok OPEC+ belum bereaksi terhadap seruan Trump, dengan delegasi OPEC+ menunjuk pada rencana yang ada untuk mulai meningkatkan produksi minyak mulai April.

Ancaman tarif Presiden Trump juga sebagian besar menekan harga minyak, yang memicu kekhawatiran bahwa perang dagang dapat merugikan pertumbuhan ekonomi global dan permintaan minyak.

Presiden AS Donal Trump pada hari Kamis menyampaikan pidato di hadapan para pemimpin global di Forum Ekonomi Dunia di Davos, Swiss, menjanjikan masa jabatan keduanya akan mengabaikan norma-norma pasar bebas di dalam dan luar AS.

Selama akhir pekan, AS mengancam dan kemudian dengan cepat membatalkan rencana untuk mengenakan sanksi dan tarif terhadap Kolombia setelah negara Amerika Selatan tersebut setuju menerima migran yang dideportasi dari AS.

Kolombia tahun lalu mengirim sekitar 41% dari ekspor minyak mentahnya melalui laut ke AS. Kesepakatan tersebut akan memungkinkan minyak tersebut terus mengalir, faktor lain yang menekan harga minyak mentah pada hari Senin.

“Ada sentimen negatif yang meluas di pasar. Bahkan jika sanksi tidak terjadi, hal ini tetap menimbulkan kekhawatiran bahwa Trump akan menindas siapa pun yang perlu ditindas untuk mendapatkan keinginannya,” kata Kepala Analis Komoditas SEB, Bjarne Schieldrop.

Di Tiongkok, ekonomi terbesar kedua dunia setelah AS, data manufaktur lebih lemah dari yang diharapkan, menambah kekhawatiran baru atas permintaan energi.

“Angka-angka yang lemah menyoroti perlunya lebih banyak upaya kebijakan untuk menstabilkan pertumbuhan ekonomi,” kata analis di Citibank dalam sebuah laporan.