Indonesia Resmi Jadi Anggota Penuh BRICS, Apa Pengaruhnya bagi RI?

0
6

Surat Kabar Nasional.com – Brasil mengumumkan Indonesia resmi menjadi anggota penuh BRICS pada Senin (6/1).

Sebagai tuan rumah dan presiden BRICS tahun ini, Brasil mengatakan seluruh anggota asosiasi itu telah menyetujui secara konsensus soal keanggotaan Indonesia.

Menurut Brasil, keanggotaan Indonesia di BRICS merupakan bagian dari dorongan perluasan organisasi saat pertemuan puncak BRICS pada 2023 di Johannesburg.

“Indonesia berbagi dengan anggota kelompok lainnya mendukung untuk reformasi lembaga tata kelola global, dan berkontribusi positif terhadap pendalaman kerja sama di Global South,” kata pemerintah Brasil seperti diberitakan Reuters.

BRICS merupakan blok ekonomi yang beranggotakan negara-negara berkembang. Nama BRICS sendiri diambil dari nama negara-negara yang menjadi anggota sekaligus inisiatornya. Negara-negara tersebut meliputi Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan.

Dilansir laman resmi Council on Foreign Relation, BRICS ini berfungsi untuk mengoordinasikan dan memuluskan kerja sama ekonomi negara-negara berkembang. Ini bertujuan untuk meningkatkan produktivitas ekonomi mereka agar berada sejajar dengan negara-negara maju.

Sebab, saat ini, kekuatan ekonomi global didominasi oleh negara-negara maju yang berasal dari Eropa, Amerika, dan beberapa dari Asia.

Awalnya, Ekonom Goldman Sachs Jim O’Neill mencetuskan istilah BRIC dalam sebuah makalah penelitian pada 2001. Ia berpendapat bahwa pertumbuhan negara-negara Brasil, Rusia, India, dan Cina atau yang disebut BRIC siap untuk menantang negara-negara G7 yang dominan.

Dari situ, Rusia kemudian menyerukan pertemuan keempat negara tersebut pada 2009. Usulan itu disampaikan langsung oleh Presiden Rusia Vladimir Putin.

Pertemuan itu sekaligus menjadi KTT BRIC resmi pertama. Setahun kemudian, Afrika Selatan bergabung dengan blok tersebut atas undangan dari China. Dari sinilah nama BRIC berubah menjadi BRICS seperti yang kita kenal saat ini.

Lantas adakah pengaruh bagi Indonesia bergabung dengan BRICS sebagai anggota tetap?

Dilansir dari Focus Malaysia, negara anggota tetap atau penuh memiliki pengaruh besar dalam pengambilan keputusan serta memainkan peran langsung dalam menentukan agenda dan kebijakan BRICS.

Anggota tetap dapat berpartisipasi dalam pertemuan puncak tingkat tinggi, saat di mana keputusan penting mengenai kerja sama ekonomi, tata kelola internasional, dan strategi politik diputuskan.

Anggota penuh juga memiliki pengaruh yang lebih besar terhadap lembaga-lembaga BRICS seperti New Development Bank (NDB) dan Contingent Reserve Arrangement (CRA). Mereka dapat membentuk kebijakan dan proyek yang didanai oleh lembaga-lembaga ini.

Anggota tetap BRICS juga memperoleh manfaat dari perdagangan, investasi, dan kerja sama ekonomi yang lebih dalam dengan anggota lainnya seperti dengan membuat perjanjian perdagangan istimewa atau proyek infrastruktur bersama.

Anggota penuh juga memiliki pengaruh strategis terhadap perumusan kebijakan atas isu-isu global, seperti reformasi keuangan, kebijakan perubahan iklim, dan negosiasi geopolitik.

Lebih lanjut, anggota penuh memiliki keselarasan diplomatik dan politik yang lebih besar sebagai bagian dari proses pengambilan keputusan inti, yang memungkinkan mereka untuk beraliansi dengan negara-negara ekonomi besar dan mengadvokasi reformasi di lembaga-lembaga global seperti misalnya Dana Moneter Internasional atau Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

Negara partner atau mitra BRICS sementara itu tidak memiliki hak suara atau pengaruh besar atas keputusan dan kebijakan internal BRICS. Mereka memiliki kewenangan terbatas dalam pengambilan keputusan.

Keuntungan gabung BRICS

Guru Besar hubungan internasional dari Universitas Indonesia, Yon Machmudi, menganggap keanggotaan BRICS bisa menjadikan Indonesia lebih mendekatkan diri dengan negara-negara di Kawasan selatan atau yang biasa dikenal Global South.

Menurut Yon, Indonesia juga akan lebih punya daya tawar di mata dunia.

Negara-negara Barat kerap mengesampingkan negara dengan ekonomi berkembang dan dari wilayah selatan.

“Semangat Global South saya kira akan menjadi sesuatu kekuatan baru membangun solidaritas dengan negara- negara yang ada di BRICS,” ujar Yon.

Pengamat hubungan internasional dari Universitas Padjadjaran, Teuku Rezasyah, juga punya pendapat serupa.

Dia bahkan menyebut Indonesia akan punya kekuatan lebih di organisasi internasional seperti Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

“Akan adanya dukungan psikologis, seandainya RI memiliki prakarsa mereformasi PBB,” kata Rezasyah.

Selama setahun terakhir, Indonesia kerap mengkritik Dewan Keamanan PBB karena dianggap gagal menjaga perdamaian dan stabilitas menyusul agresi Israel di Palestina.

Tak hanya bakal mentereng di PBB, Rezasyah memandang jika bergabung dengan BRICS, Indonesia akan lebih muda bekerja sama dengan negara lain.

“Percepatan dalam mengisi unsur kerjasama strategis yang selama ini tertunda,” ungkap dia.

Kerja sama strategis yang selama ini tertunda di antaranya kerja sama bidang luar angkasa (aerospace) antara RI dengan China- Rusia.

Di bidang lain, pengamat HI dari Universitas Indonesia Sya’roni Rofii menggarisbawahi “keuntungan” Indonesia dari sisi ekonomi.

“Apalagi saat organisasi ini berdiri, para inisiator tengah mengalami pertumbuhan ekonomi yang pesat,” ungkap dia.

Sya’roni lalu berujar, “Keuntungannya sudah pasti adalah akses investasi dan pasar.”