Jejak Pertemuan Politik Megawati di Istana Batu Tulis

0
51

Suratkabarnasional.com – Istana Batu Tulis di Kota Bogor, Jawa Barat, menjadi saksi bisu sejumlah pertemuan politik yang dilakukan Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) Megawati Soekarnopurti.

Pertemuan itu dilakukan beberapa kali oleh Megawati dengan tokoh politik nasional seperti Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto hingga Presiden Joko Widodo (Jokowi).

Pertemuan terbaru antara Megawati dan Jokowi di Istana Batu Tulis terjadi pada Sabtu (8/10/2022) kemarin.

Di dalam pertemuan itu dibahas langkah-langkah penting di dalam menghadapi krisis ekonomi dunia dan pangan.

Sekretaris Jenderal (Sekjen) PDI-P Hasto Kristiyanto menuturkan, Megawati memang sangat menaruh perhatian terhadap krisis ekonomi dan pangan.

“Dan beliau membagi pengalaman lengkap menuntaskan krisis multidimensional. Saat itu seluruh jajaran Kabinet Gotong Royong benar-benar fokus dan terpimpin sehingga pada tahun 2004 Indonesia bisa keluar dari krisis,” kata Hasto.

“Pak Jokowi pun menegaskan keseriusan pemerintah, termasuk bagaimana para menteri harus fokus menangani berbagai tantangan perekonomian, krisis pangan-energi, dan tekanan internasional akibat pertarungan geopolitik,” lanjut Hasto.

Selain itu pertemuan kedua tokoh juga membahas soal hal-hal terkait agenda Pemilu 2024.

“Yang juga tidak luput dari pembahasan adalah agar Pemilu 2024 benar-benar menjadi momentum kebangkitan Indonesia Raya dan sekaligus ada kesinambungan kepemimpinan sejak Bung Karno, Bu Mega, Pak Jokowi hingga kepemimpinan nasional ke depan,” tambah Hasto.

  1. 15 Mei 2009

Megawati dan Prabowo bertemu di Istana Batu Tulis dan sepakat untuk maju sebagai calon presiden dan wakil presiden pada pemilihan presiden (Pilpres) 2009-2014.

  1. 22 Oktober 2017

Presiden Joko Widodo bertemu dengan Megawati di Istana Batu Tulis. Pertemuan itu berlangsung tertutup tetapi tidak ada kesepakatan yang disampaikan.

  1. 20 Februari 2018

Presiden Jokowi Kembali diundang oleh Megawati ke Istana Batu Tulis. Saat itu merupakan tahun politik menjelang pemilihan umum 2019.

Setelah pertemuan itu, tepatnya 23 Februari 2018, PDI-P mendeklarasikan Presiden Jokowi sebagai calon presiden RI 2019-2024.

  1. 12 Juni 2018

Megawati dan Jokowi Kembali bertemu di Istana Batu Tulis setelah deklarasi capres pada Februari 2018.

Saat itu mereka membahas soal sosok calon wakil presiden untuk mendampingi Jokowi.

  1. 8 Juli 2018

Jokowi kembali bertemu dengan Megawati di Istana Batu Tulis. Setelah pertemuan itu disampaikan kandidat pendamping Jokowi di Pilpres 2019 sudah mengerucut dan siap diumumkan.

  1. 8 Oktober 2022

Megawati mengundang Presiden Jokowi ke Istana Batu Tulis.

Keduanya membahas ancaman krisis pangan dan ekonomi akibat pengaruh situasi geopolitik dunia dan juga membahas kepemimpinan menjelang Pilpres 2024.

Perjanjian Batu Tulis Mega-Prabowo sempat jadi polemik

Sejumlah keputusan politik penting bagi PDI-P lahir dari pertemuan di Istana Batu Tulis.

Salah satunya menjelang Pemilu Presiden (Pilpres) 2009. Megawati dan Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto menggelar pertemuan untuk penentuan pencapresan.

Saat itu, masing-masing partai menghendaki pimpinannya untuk menjadi calon presiden (capres).

Pertemuan tersebut akhirnya menyepakati perjanjian yakni Mega sebagai capres dan posisi Prabowo sebagai cawapres.

Dalam pertemuan itu, disebut-sebut PDI-P akan mendukung pencapresan Prabowo pada Pilpres 2014.

Akan tetapi, pasangan Mega-Prabowo kalah dalam Pilpres 2009.

Setelah itu PDI-P mendukung Joko Widodo dalam Pilpres 2014. Naskah Perjanjian Batu Tulis yang disebut-sebut disepakati oleh Mega dan Prabowo menjelang Pilpres 2009 pun muncul di dunia maya setelah keputusan PDI-P mendukung Jokowi.

Salah satu poinnya disebutkan PDI-P akan mendukung Prabowo dalam Pilpres 2014. Akan tetapi, PDI-P saat itu justru mengusung Jokowi dan bersaing dengan Prabowo.

PDI-P dan Partai Gerindra pun berhadap-hadapan di Pilpres 2014.

Akan tetapi, menurut politikus PDI-P Pramono Anung, perjanjian itu sudah tidak berlaku lagi karena duet Prabowo-Mega kalah dalam Pilpres 2009.

“Di sana kan memang ada butir-butir (perjanjian), tapi Mega-Prabowo tidak presiden, jadi tidak berlaku,” kata Pramono di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Senin (17/3/2014).

Pramono menjelaskan, perjanjian Batu Tulis terdiri dari tujuh poin. Salah satu dari ketujuh poin itulah yang menjelaskan bahwa perjanjian dilakukan jika Megawati dan Prabowo menang.

Tujuh poin itu, kata Pramono, terdiri dari satu kesatuan sehingga tidak bisa dipisahkan satu sama lain.

“Kalau publik membaca itu poin 1-7 satu kesatuan, masyarakat bisa tahu persoalan sebenarnya di internal PDI-P. Itu tidak ditanggapi lebih jauh karena Pemilu 2009 kita akui kalah sehingga tidak jadi persoalan lagi,” ujarnya.

Dia mengaku bahwa partainya tidak mau terganggu dengan hal-hal eksternal partai, termasuk perjanjian Batu Tulis. Dia juga mengaku belum mendengar jika Prabowo kecewa dengan PDI-P.

Menurut Pramono, saat ini partainya tetap fokus untuk mengusung Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo alias Jokowi menjadi calon presiden PDI-P pada Pilpres 2014.

“Kami melihat PDI-P calonnya Pak Jokowi, kami konsentrasi memenangkan Pak Jokowi. Kami melihat ke depan pileg dan pilpres sebentar lagi,” ujar