KPK Memperkenalkan Pakaian Tradisional Khas Bali “Udeng” dan “Kain Tenun Endek” ke Delegasi ACWG G20

0
47
Suratkabarnasional.com – Dalam rangkaian pertemuan putara kedua G20 Anti-Corruption Working Group (ACWG), Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Alexander Marwata memakaikan busana khas Bali “Udeng” dan “Kain Tenun Endek” kepada para delegasi negara anggota G20. Momentum spesial itu terjadi pada gala dinner yang diselenggarakan di Nusa Dua, Bali pada Selasa (5/7).
Alex mengatakan, kedua busana itu merupakan salah satu kearifan lokal dan budaya masyarakat Bali yang sampai hari ini masih lestari.
Dimana, dalam tatanan kehidupan masyarakat, baik Udeng maupun Kain Endek merupakan dua komponen baju adat yang biasanya dipakai dalam berbagai kegiatan keagamaan.
“Udeng dan kain Endek ini kekayaan budaya masyarakat Bali dan Indonesia yang harus kita lestarikan dan banggakan. Melalui G20, Presidensi Indonesia juga turut memperkenalkan kearifan lokal ini kepada mata dunia,” ujar Alex.
Bagi masyarakat Bali, khususnya laki-laki, Udeng bukan hanya sekadar ikat kepala biasa. Lebih dari itu, Udeng merupakan simbol dari pemusatan pikiran atau “ngiket manah“. Hal tersebut tercermin dari bentuk Udeng yang tidak simetris.
Ciri khas Udeng sendiri kata Alex, berada pada desain yang bentuknya lebih tinggi pada bagian kanan. Hal ini memiliki makna bahwa setiap pemakainya didorong untuk berusaha berbuat kebaikan.
Arah kanan dipercaya merepresentasikan kebaikan dalam menjalani kehidupan. Pada ikatan tengah kening memiliki makna pemusatan pikiran. Sementara ikatan yang menunjuk ke arah atas merupakan representasi dari pikiran yang lurus ke atas sebagai bentuk pemujaan kepada Tuhan sang pencipta kehidupan.
Lebih lanjut, Alex menjelaskan, dalam konteks pemberantasan korupsi, bagian depan Udeng yang lancip dan tegak lurus ke atas dimaknai sebagai komitmen integritas, kejujuran, dan pengawasan oleh Tuhan Yang Maha Kuasa.
“Harapannya setiap orang yang memakainya bisa menjauhi tindak pidana korupsi dalam setiap aktivitas sehari-hari karena memiliki keyakinan bahwa Tuhan selalu mengawasi,” kata Alex.
Sama halnya Kain Endek kata Alex, juga memiliki filosofi mendalam bagi masyarakat Bali karena digunakan untuk kepentingan ritual adat.
“Endek berasal dari kata “gendekan” atau “ngendek” yang artinya diam atau tetap. Bagi masyarakat, Kain Endek merupakan karya seni luar biasa yang diwarisi oleh para leluhur. Kain Endek dibuat dari benang sutra yang membentuk pola-pola bewarna emas atau perak.
Untuk kegiatan adat, desain yang digunakan ialah membentuk motif patra dan encak saji. Motif itu cukup sakral bagi masyarakat karena memiliki makna bahwa setiap orang harus memiliki rasa hormat pada Sang Pencipta Kehidupan.
Sementara untuk kegiatan sehari-hari, motifnya ialah flora, fauna, dan tokoh pewayangan. Motif ini memiliki makna yaitu kerapatan antara satu dengan lainnya. Di mana, setiap manusia harus menjalin keharmonisan untuk menciptakan tatanan hidup yang stabil.
Selain menerima Udeng dan Kain Endek, pada gala dinner ini, seluruh delegasi negara anggota G20 ACWG putaran kedua turut disajikan masakan khas nusantara.