Kekeringan melanda sejumlah wilayah di Kabupaten Samosir, Sumatera Utara, sejak Oktober hingga awal November 2025.
Kondisi ini menyebabkan ribuan warga di enam kecamatan mengalami kesulitan mendapatkan air bersih. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyatakan penanganan terus dilakukan, termasuk pendistribusian air bersih ke desa-desa yang terdampak.
Mengapa Kekeringan Terjadi di Samosir? Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari, menjelaskan bahwa kekeringan terjadi akibat minimnya curah hujan selama lebih dari satu bulan terakhir. Hal ini menyebabkan penurunan debit air di sumber mata air dan sumur warga. “Total sebanyak 210 kepala keluarga terdampak,” kata Abdul Muhari di Jakarta, Senin (10/11/2025) dikutip dari Antara.
Ia menambahkan, enam kecamatan yang terdampak mencakup 14 desa dan satu kelurahan dengan dampak signifikan terhadap aktivitas warga sehari-hari.
Fenomena kekeringan ini juga dipengaruhi oleh faktor atmosfer dan kondisi cuaca lokal yang dinamis. Menurut Abdul, kondisi tersebut sesuai dengan peringatan dini yang telah dikeluarkan oleh Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengenai anomali cuaca di wilayah Sumatera Utara.
Bagaimana Upaya Penanganan Dilakukan? BNPB bersama Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Sumatera Utara telah menyalurkan bantuan air bersih ke sejumlah titik yang paling terdampak. Tim gabungan juga melakukan pemantauan lapangan secara berkala untuk memastikan distribusi berjalan lancar dan sesuai kebutuhan warga.
Selain itu, BNPB mengonfirmasi bahwa koordinasi lintas sektoral terus diperkuat. Pemerintah daerah, aparat desa, serta lembaga terkait bekerja sama menyiapkan lokasi penampungan air sementara agar warga bisa mengakses air secara bergiliran. “Bantuan air bersih ke sejumlah titik yang terdampak paling parah masih terus dilakukan. Pemerintah juga memastikan pemantauan di lapangan berjalan intensif,” ujar Abdul.

