Setahun Perang Gaza, Cerita WNI Menjadi Dokter Relawan untuk MER-C

0
13

Surat Kabar Nasional.com – Enrina Diah, adalah seorang dokter spesialis bedah plastik yang turut diberangkatkan ke Gaza dalam program Emergency Medical Team (EMT) ke-5 dari MER-C (Medical Emergency Rescue Committee).

Tim EMT ke-5 ini terdiri dari satu dokter spesialis bedah saraf, satu dokter spesialis bedah plastik, satu dokter spesialis anestesi, dan satu dokter spesialis penyakit dalam.

“Tadi kami memang sebelum shalat Maghrib itu sudah dipanggil ke bawah karena terjadi serangan (yang menyebabkan) korban massal,” kata Enrina.

Ia diberangkatkan ke Gaza dalam program Emergency Medical Team (EMT) ke-5 oleh MER-C bersama beberapa dokter Indonesia lainnya. Enrina dan personel EMT ke-5 lainnya baru saja menyelesaikan tugasnya pada Sabtu (28/9/2024), setelah sekitar dua bulan berada di Gaza.

“Dulu saya zaman training sering (menangani) kasus pemboman tahun 2000-an, tapi ini (di Gaza) kasusnya itu sangat-sangat parah cederanya, jadi istilah kita mangled (hancur), tangan yang hancur, anggota tubuh yang hancur, sudah banyak.”

“Dan wajah yang cacat itu banyak sekali,” lanjut Enrina.

Di Gaza, Enrina menangani lebih dari 200 tindakan operasi hanya dalam waktu kurang dari dua bulan.

“Sehari untuk operasi bisa ada tujuh, delapan (operasi) itu pernah ada,” ungkapnya.

Enrina dan dokter lainnya menangani pasien di tengah keterbatasan alat dan obat-obatan, bahkan pernah melakukan operasi dengan cahaya dari ponsel. Ia pun prihatin melihat banyak anak-anak Gaza terluka parah pada bagian wajah.

“Ternyata banyak sekali itu kasus-kasus yang membutuhkan rekonstruksi karena bedah plastik itu kan tidak semata-mata estetik ya.”

“Yang tadi saya bilang luka berat, ya kita yang bantu untuk nutup lukanya. Wajah terutama, ya. Itu kan identitas kita, ya. Ya orang di sini tidak ada seperti bullying masyarakatnya, tapi (wajah) itu bagaimanapun identitas mereka.”

Sementara itu, Fikri Rofiul Haq kali pertama datang ke Gaza pada 2020 dan tinggal di wisma dr Jose Rizal di Rumah Sakit Indonesia (RSI), Beit Lahia, Gaza utara. Israel sempat menyerang dan meminta RSI dikosongkan pada November 2023. Saat itu, Fikri dan relawan MER-C lainnya harus mengungsi ke Gaza selatan.