Xi Jinping Buka Suara Soal Lonjakan Covid-19 di China

0
108

Suratkabarnasional.com – Presiden China Xi Jinping akhirnya buka suara mengenai kondisi pandemi COVID-19 di negaranya usai pencabutan aturan ‘zero-COVID’ dan lockdown dalam beberapa minggu terakhir.

“Saat ini, pencegahan dan pengendalian COVID-19 di China menghadapi situasi baru dan tugas baru,” kata Xi dalam sebuah arahan yang disiarkan media, Selasa (27/12/2022).

“Perkuat garis pertahanan komunitas untuk pencegahan dan pengendalian epidemi, dan lindungi kehidupan, keselamatan, dan kesehatan masyarakat secara efektif,” ujarnya lagi.

Saat ini kasus COVID-19 di China memasuki masa-masa terburuk dengan rumah sakit penuh dan krematorium kewalahan menangani jenazah pasien Corona. China sendiri masih tertutup soal data resmi sebab Komisi Kesehatan Nasional China mengumumkan akan berhenti menerbitkan statistik infeksi dan kematian nasional setiap hari.

Diketahui, Komisi Kesehatan Nasional China (NHC) berhenti mempublikasikan data harian COVID-19 pada Minggu, di tengah keraguan tentang keandalanya karena kasus infeksi telah meledak usai pelonggaran pembatasan. Namun informasi COVID yang terkait akan diterbitkan oleh Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit China.

“Informasi COVID yang relevan akan diterbitkan oleh Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit China untuk referensi dan penelitian,” kata Komisi Kesehatan Nasional China, Minggu (25/12).

Namun dalam pernyataan tersebut tidak disampaikan dengan spesifik terkait alasan perubahan penyampaian informasi terkait data COVID-19 harian itu dan seberapa sering CDC China akan memperbarui informasi terkait COVID-19

Penghentian pelaporan data COVID-19 harian oleh NHC ini terjadi ketika terjadi kekhawatiran akibat kurangnya informasi penting sejak Beijing membuat perubahan besar pada kebijakan nol-COVID.

Keputusan untuk menghapus jumlah virus harian datang di tengah kekhawatiran bahwa gelombang infeksi yang berkembang di negara itu tidak tercermin secara akurat dalam statistik resmi.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah mendesak Beijing lebih transparan. Baik perihal jumlah kasus terinfeksi dan kematian, tingkat keparahan penyakit, jumlah pasien masuk rumah sakit dan statistik kesehatan lain.