suratkabarnasional.com – Sekelompok ilmuwan dari New York University (NYU) telah berhasil mentransplantasikan jantung babi yang direkayasa secara genetik kepada dua orang pasien yang mengalami mati otak. Hal ini semakin mendekatkan tujuan penggunaan bagian babi bagi manusia dalam jangka panjang.
Dalam laporan kantor berita Reuters, keberhasilan ini terungkap dari dua buah eksperimen yang dilakukan pada bulan Juni dan Juli ini. Ilmuwan mengatakan selama percobaan yang dilaksanakan tiga hari itu, jantung babi itu berfungsi dengan baik tanpa tanda-tanda penolakan.
“Kami mampu secara real time untuk menangkap semua yang terjadi selama periode 72 jam itu,” kata Direktur NYU Langone Transplant Institute, Dr Robert Montgomery, dilansir Rabu, (13/7/2022).
Para tim peneliti mengungkap bahwa dalam jantung babi itu dilakukan empat modifikasi genetik untuk mencegah penolakan dan pertumbuhan organ abnormal. Selain itu, ada enam modifikasi yang digunakan untuk membantu mencegah ketidakcocokan antara babi dan manusia.
Untuk cara transplantasi, ahli menjelaskan bahwa pengadaan, transportasi, operasi , dan imunosupresi semuanya dilakukan dengan cara yang sama seperti pada transplantasi jantung manusia pada umumnya.
“Tujuan kami adalah untuk mengintegrasikan praktik yang digunakan dalam transplantasi jantung sehari-hari, hanya dengan organ bukan manusia yang akan berfungsi normal tanpa bantuan tambahan dari perangkat atau obat-obatan yang belum teruji,” kata Direktur Bedah Transplantasi Jantung NYU Langone Dr Nader Moazami.
“Eksperimen 72 jam menghasilkan data awal, meninggalkan banyak pertanyaan yang harus dijawab sebelum memulai uji coba jantung babi manusia,” tambahnya.
NYU sendiri diketahui tengah melakukan penelitian yang intens mengenai fungsi organ babi bagi manusia. Hal ini dilakukan untuk mengatasi kekurangan organ manusia untuk transplantasi.
Sebelumnya, peneliti NYU sempat memberikan jantung babi untuk transplantasi kepada seorang pria berusia 57 tahun. Namun, jantung itu tidak berfungsi secara semestinya dan pria itu meninggal dunia pada Maret lalu. Selain itu, peneliti NYU juga pernah mentransplantasikan ginjal babi ke dua penerima yang mati otak pada tahun 2021.