suratkabarnasional.com – Nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS) terhadap rupiah belakangan menguat. Akankah harga mobil segera naik? Nilai tukar dolar AS dua pekan terakhir terpantau menguat. Tercatat, nilai tukar dolar AS terhadap ruoiah mendekati Rp 16.000. Penguatan nilai tukar dolar itu sedikit banyak bakal berpengaruh ke berbagai hal. Salah satunya harga mobil.
Namun, kenaikan harga mobil itu tak serta merta terkerek saat nilai tukar dolar AS terhadap rupiah menguat. Direktur Marketing PT Toyota Astra Motor Anton Jimmi Suwandy menyebut produsen mobil akan memantau pergerakan dolar itu dalam beberapa bulan sebelum memutuskan adanya kenaikan harga. “Kita harus lihat trennya harus jangka panjang kalau 1-2 hari kan nggak bisa, kita selalu kan hitungnya average, 3 bulanan, kalau 1 hari nggak bisa. Rata-rata 3 bulanan sampai 6 bulanan,” terang Anton saat ditemui di Keio Plaza Hotel, Tokyo, Selasa (24/10/2023)
Dijelaskan Anton, kenaikan harga itu memang harus dilakukan pabrikan lantaran beberapa komponen yang transaksinya menggunakan dolar AS. Umumnya model yang diimpor secara utuh alias CBU (Completely Build Up) akan terkena dampak langsung. “Kalau 3 bulan dia stabil naik terus ya kita harus naikin karena kan parts kita sebagian impor terutama mobil-mobil yang CBU ya, kita kan bayarnya pakai dolar. Misal harga basisnya 100 dolar naik ya kita ikutan naik,” sambung Anton.
Ini sedikit berbeda dengan mobil rakitan lokal. Anton lebih lanjut menjelaskan bahwa mobil rakitan lokal masih bisa bertahan lebih lama karena juga menggunakan beberapa komponen dalam negeri. “Jadi kita harus hitung lagi. CKD tuh masih bisa bertahan 6 bulanan. Kalau CBU tuh direct impact-nya. (Kenaikan) tergantung kompetisi dan market juga, kita mau jualan berapa,” tutup Anton.