Suratkabarnasional.com – Para pejabat Rusia telah memamerkan apa yang mereka sebut “piala”, termasuk senjata Amerika Serikat (AS). Senjata-senjata itu direbut militer Moskow selama perang di Ukraina . Pada hari Minggu, Kementerian Pertahanan Rusia membagikan rekaman video beberapa senjata negara-negara NATO yang disita dari pasukan Ukraina. Dalam video berdurasi 2 menit 15 detik, tentara Rusia terlihat memegang dan berbicara tentang beberapa senjata, termasuk sistem rudal portabel anti-tank Javelin.
Para pejabat mengatakan senjata-senjata yang dipamerkan itu diperoleh selama apa yang mereka sebut sebagai “operasi militer khusus”. Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan dalam posting Telegram: “Di antara piala, senjata sebagian besar dari manufaktur asing. Peluncur granat anti-tank genggam buatan Inggris, Amerika Serikat, Polandia, Swedia, termasuk sistem rudal Javelin dan Carl Gustaf, serta senapan mesin berat dan senjata kecil buatan Soviet yang ditinggalkan oleh nasionalis Ukraina.” “Para prajurit dari unit pengintaian juga berbicara tentang keadaan perebutan senjata selama operasi pengintaian dan pencarian,” lanjut kementerian tersebut, seperti dikutip Newsweek, Senin (8/8/2022).
Sejak perang pecah, Rusia dilaporkan telah kehilangan sekitar 5.000 kendaraan militer di Ukraina. Data ini menurut analisis Oryx, situs sumber terbuka yang melacak peralatan militer. Sebaliknya, Rusia mengatakan telah menghancurkan sejumlah Sistem Roket Artileri Mobilitas Tinggi M142 atau M142 HIMARS yang dipasok AS, meskipun negara-negara Barat meragukan klaim tersebut. Para tentara Rusia, dalam video pendek tersebut, juga memperkuat narasi Moskow bahwa perang dilancarkan untuk melawan kontrol Nazi di Ukraina, sebuah klaim yang telah dibantah oleh Kiev. Menurut media yang berafiliasi dengan pemerintah Rusia, TASS, salah satu tentara di video itu menambahkan: “Kami menemukan senapan mesin ini di pinggiran, ini lengkap, tiga kotak penuh armor-piercing cartridges 12.7.”
“Tengkorak dan swastika dilukis di salah satu kotak,” lanjut tentara Rusia tersebut. Pada perang pecah, Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov mengeklaim bahwa tujuan operasi militer Moskow adalah untuk “mende-Nazi-fikasi” negara Ukraina. Video itu muncul ketika Rusia mengalami “semakin banyak kesulitan” dalam melakukan invasi ke Ukraina, menurut Dan Rice, penasihat khusus Panglima Angkatan Bersenjata Ukraina Valeriy Zaluzzhnyi. Setelah gagal merebut Ibu Kota Ukraina, Kiev, militer Rusia telah mengalihkan upayanya untuk mengamankan wilayah separatis Donbas, sebuah wilayah dengan sejumlah besar penutur bahasa Rusia. Rice memuji Ukraina untuk “pekerjaan yang sangat baik” dalam membela negara dari pasukan Rusia dan mengecam pasukan penyerang karena menggunakan model kepemimpinan top-down Soviet.