Home All Nusantara Cik Gin, Sate Plecing Legendaris di Kota Singaraja, Jaen Sajan!
Suratkabarnasional.com – Selain dikenal sebagai Kota Pendidikan, Singaraja, Buleleng, Bali juga mempunyai banyak ragam kuliner.
Maka tidak ada salahnya, bagi kamu pecinta kuliner nusantara sesekali mampir mencicipi salah satu kuliner khas Kota Singaraja saat plesir ke Pulau Bali.
Salah satunya, sate plecing Warung Cik Gin. Sekilas bentuknya mirip sate Maranggi di Purwakarta. Rasanya pedas, asam, gurih, dan manis jadi satu. Jaen sajang (enak)!
Sate plecing merupakan Salah satu makanan khas Bali Utara yang masih belum banyak diketahui masyarakat luas. Adanya nama plecing bukan berarti sama dengan kuliner plecing kangkung pada umumnya di Bali.
Sate plecing warung Cik Gin tidak dicampur dengan sayur kangkung. Namun sate plecing di sini sate tusuk pada umumnya yang dilumuri bumbu plecing.
Warung Cik Gin bisa dibilang legendaris di Kota Singaraja. Warung ini sudah eksis dari sejak tahun 1976 sampai sekarang.
Lokasinya berada di Jalan Imam Bonjol No. 12 A Banjar Bali, Kecamatan Buleleng, Kabupaten Buleleng
Putu Artana (40) generasi kedua Warung Cik Gin, mengatakan nama Cik Gin diambil dari nama ibunya yang merupakan keturunan Tionghoa.
Ibunya bernama Made Suartini tapi karena ia keturunan tionghoa jadi sering dipanggil cik gin, akhirnya nama tersebutlah yang dipakai menjadi nama warung. Dulu sebelum berjualan secara menetap warungnya sempat berpindah-pindah lokasi.
“Pertama rombong dulu, dibawah pohon mangga di balai masyarakat, baru pindah ke hasanudin setelah dijual sama adik saya baru pindah ke sini” Ujar Artana saat ditemui oleh Detikcom, Senin (11/4/2022)
Kata Suartana, resep pembuatan sate plecing di warungnya itu tidak pernah berubah dari dulu, rasanya tetap sama seperti waktu berjualan menggunakan rombong. Karena oleh ibunya resep itu diturunkan kepadanya selaku anaknya.
Iapun menjelaskan cara pengolahan sate plecing yang menurutnya tidak memakan waktu lama, yakni hanya 10 sampai 15 menit saja hingga siap untuk dihidangkan.
Langkah pertama sate yang telah ditusuk dibakar terlebih dahulu. Setelah matang baru dilumuri dengan bumbu plecing yang didominasi dengan cabai merah, yang membuat warnanya merah menyala serta rasanya juga pedas.
“Bahan bumbu plecingnya itu ada cabai rawit, cabai merah besar, bawang merah, gula pasir, terasi, garam, tomat segar dan tentunya jeruk limau untuk sensasi asam segarnya” Imbuhnya.
Sementara untuk harga per porsi sate plecing ia mematok harga hanya Rp. 10 ribu per porsinya yang berisi 6 tusuk sate. “Seporsinya itu ada sate dagingnya, ada sumsumnya juga, nah yang jadi favorit pembeli disini itu sumsumnya” pungkasnya.