Suratkabarnasional.com – Amerika Serikat (AS) bekerja “dengan marah-marah” di belakang layar untuk menjaga Uni Eropa (UE) bersatu melawan Moskow di tengah penurunan pasokan gas Rusia ke blok itu. Kabar tersebut diungkap CNN pada Rabu (27/7/2022), mengutip pejabat Amerika. “Ada kepanikan di kedua sisi Atlantik atas kemungkinan Eropa mengalami kekurangan gas yang parah musim dingin ini,” ungkap pejabat AS yang tidak disebutkan namanya kepada penyiar CNN. “Ini adalah ketakutan terbesar kami,” ujar salah satu dari mereka mengakui.
Pejabat AS itu memperingatkan dampak krisis di Eropa dapat menjadi bumerang bagi AS, yang menyebabkan lonjakan lebih lanjut dalam harga gas dan listrik untuk pelanggan Amerika. Kemarahan publik di AS pun tak terhindarkan atas kenaikan harga-harga tersebut. “Seluruh situasi juga akan menjadi ujian utama ketahanan dan persatuan Eropa melawan Rusia,” papar pejabat AS itu.
Harga gas di Eropa mencapai USD2.300 per seribu meter kubik pada Rabu, level tertinggi sejak Maret, setelah raksasa gas Rusia Gazprom mengurangi pengiriman melalui pipa Nord Stream 1 hingga 20% dari kapasitas maksimumnya.
Perusahaan mengutip alasan keamanan untuk langkah tersebut, dengan mengatakan peraturan teknis mengharuskan turbin untuk dirombak. Tetapi sumber CNN bersikeras bahwa tindakan itu sebenarnya sebagai pembalasan atas sanksi yang dijatuhkan UE terhadap Rusia atas operasi militernya di Ukraina. “Keputusan Gazprom menempatkan Barat di wilayah yang belum dipetakan dalam hal apakah blok tersebut akan memiliki cukup gas untuk melewati musim dingin,” papar mereka. Pada Selasa, para menteri energi UE menyetujui rencana memangkas konsumsi gas sebesar 15% dari Agustus hingga musim semi berikutnya. Namun para pejabat AS menyebut tindakan yang belum pernah terjadi sebelumnya itu tidak akan cukup untuk mengimbangi kekurangan pasokan gas. “Gedung Putih mengirim koordinator presiden AS untuk energi global, Amos Hochstein ke UE pada Selasa untuk mengadakan diskusi,” ungkap laporan CNN.