suratkabarnasional.com – Kementerian Keuangan (Kemenkeu) mengungkapkan dampak pelemahan ekonomi global mulai terasa ke Indonesia. Hal itu tercermin dari penurunan harga komoditas dan kinerja ekspor impor di Agustus 2023 yang menurun. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), ekspor Agustus 2023 tercatat US$ 22 miliar atau terkontraksi 21,21% (yoy) dibandingkan periode yang sama tahun lalu terutama karena didorong oleh penurunan ekspor semua sektor. Sementara itu, impor tercatat US$ 18,88 miliar atau terkontraksi 14,77% (yoy) terutama bersumber dari penurunan impor bahan baku/penolong dan barang modal.
“Dampak penurunan harga komoditas dan perlambatan ekonomi global, terutama dari negara mitra dagang utama Indonesia, mulai dirasakan khususnya pada kinerja perdagangan,” kata Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kemenkeu Febrio Kacaribu dalam keterangan tertulis, Senin (18/9/2023). Febrio menyebut penurunan kinerja ekspor tidak hanya dialami Indonesia, melainkan juga terjadi di banyak negara akibat melemahnya aktivitas ekonomi dunia. Ekspor Tiongkok, India dan Vietnam terkontraksi selama Januari-Agustus 2023. Sementara Malaysia dan Thailand mengalami kontraksi pada periode Januari-Juli 2023. “Hal ini menunjukkan bahwa dampak perlambatan ekonomi global terjadi secara luas,” tuturnya.
Meski pertumbuhan ekspor Indonesia secara nilai termoderasi, secara volume masih menunjukkan peningkatan. Permintaan ekspor produk unggulan Indonesia dinilai masih kuat, tercermin dari pertumbuhan volume ekspor non migas yang masih tumbuh 9,5% pada periode Januari-Agustus 2023. Volume ekspor bahan bakar mineral termasuk batu bara, minyak hewani atau nabati, besi baja, kendaraan, logam mulia dan nikel, secara kumulatif Januari-Agustus 2023 juga masih meningkat signifikan.
Ke depan, kinerja ekspor-impor Indonesia diperkirakan masih berada dalam tren positif meskipun sedikit melambat seiring dengan moderasi harga komoditas dan perlambatan pertumbuhan ekonomi global. Pemerintah akan terus mengambil langkah-langkah antisipatif dengan terus mendorong keberlanjutan hilirisasi Sumber Daya Alam (SDA), meningkatkan daya saing produk ekspor nasional, dan diversifikasi mitra dagang utama.
“Keberlanjutan tahapan hilirisasi mineral yang terus di dorong untuk dapat mendukung dan berpartisipasi dalam rantai pasok global juga diyakini terus memberikan manfaat yang signifikan pada daya saing dan kinerja ekspor nasional,” imbuhnya. Pada Agustus 2023 neraca perdagangan Indonesia mencatatkan surplus sebesar US$ 3,12 miliar. Itu artinya Indonesia telah mengalami surplus perdagangan selama 40 bulan berturut-turut, di mana secara kumulatif dari Januari-Agustus 2023 surplus neraca perdagangan mencapai US$ 24,34 miliar.
“Neraca perdagangan Indonesia masih tercatat surplus di bulan ini, di tengah risiko global yang masih tinggi karena adanya penurunan harga komoditas dan perlambatan ekonomi dunia. Artinya resiliensi Indonesia masih terjaga dengan baik dan ini harus tetap kita pertahankan bahkan kita tingkatkan”, ujar Febrio.